Cobaperhatikan, para sahabat sendiri mengarahkan Umar bin Khattab untuk segera "menunjuk" khalifah penggantinya. Dan sebelum lanjut, perlu ditegaskan Umar bin Khattab merumuskan sebuah mekanisme pemilihan Khalifah pengganti, dengan cara membentuk kelompok enam sahabat utama Nabi.
UTSMAN bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 23 H. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan para sahabat, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin Khattab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Tiga hari setelah Umar bin Khattab wafat, keenam kandidat kemudian berkumpul dan bermusyawarah selama tiga hari di bawah panitia pemilihan yang terdiri dari Abdullah bin Umar, Abu Thalhah al-Anshari, al-Miqdad, dan Suhaib. Musyawarah pemilihan ini dimulai dengan pembukaan dari Abdurrahman bin Auf yang berkata “Pilihlah tiga orang di antara kalian.” BACA JUGA Orang-orang Pengganti Khalifah Umar Zubair bin al-Awwam berkata “Aku memilih Ali.” Thalhah bin Ubaidilah berkata “Aku memilih Utsman.” Sa’ad bin Abi Waqqash berkata “Aku memilih Abdurrahman bin Auf.” Abdurrahman bin Auf lalu berkata kepada Ali dan Utsman “Aku memilih salah satu di antara kalian berdua yang sanggup memikul tanggung jawab ini. Jadi, sampaikanlah pendapat kalian mengenai hal ini.” Ali maupun Utsman terhening tidak memberikan jawaban. Abdurrahman bin Auf pun memahami keduanya. Lalu Abdurrahman berkata, “Apa kalian hendak memikulkan tanggung jawab ini kepadaku? Bukankah yang paling berhak memikulnya adalah yang terbaik di antara kalian?” Mendengar hal itu, Ali dan Utsman berkata “Ya benar.” Abdurrahman bin Auf kemudian memandangi para sahabat yang hadir dan meminta pandangan mereka. la kemudian berkata kepada Ali “Jika kau tidak mau kubaiat, sampaikan pandanganmu.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku memilih Utsman.” Lalu Abdurrahman bin Auf memandang Utsman bin Affan. Utsman pun berkata, “Aku memilih Ali bin Abu Thalib.” Dari keenam kandidat tidak ada satu pun yang mau mengajukan diri untuk dibaiat, begitu pun dengan dua kandidat terakhir, Ali dan Utsman. Oleh karena itu, musyawarah pun ditunda. Pada hari kedua, Abdurrahman bin Auf berkeliling Madinah menjumpai para sahabat dan memintai pendapat mereka. Akhirnya di malam hari ketiga, Abdurrahman bin Auf memanggil Zubair bin aI-Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash, mereka bertiga kemudian bermusyawarah. Setelah ketiganya selesai bermusyawarah, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan keduanya berbincang hingga tengah malam. Ketika Ali pergi setelah selesai berbincang-bincang, Abdurrahman bin Auf kemudian memanggil Utsman bin Affan dan keduanya berbincang-bincang hingga azan subuh berkumandang. Pagi itu, kaum muslimin berkumpul di Masjid Nabi. Dihadiri oleh enam kandidat, wakil kaum Muhajirin dan Anshar, serta para pemimpin pasukan. Abdurrahman bin Auf kemudian memandang Ali bin Abi Thalib dan membacakan syahadatain, ia berkata kepada Ali sambil memegang tangannya “Engkau punya hubungan dekat dengan Rasulullah, dan sebagaimana diketahui, engkau pun lebih dulu masuk Islam. Demi Allah, jika aku memilihmu, engkau harus berbuat adil. Dan jika aku memilih Utsman, engkau harus patuh dan taat. Wahai Ali, aku telah berkeliling menghimpun pendapat berbagai kalangan, dan ternyata mereka lebih memilih Utsman. Aku berharap engkau menerima ketetapan ini.” BACA JUGA Orang Quraisy Terguncang ketika Umar bin Khattab Memeluk Islam Setelah berkata kepada Ali, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Utsman “Aku membaiatmu atas nama sunnah Allah dan Rasul-Nya, juga dua khalifah sesudahnya.” Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang berkata yang sama kepada Utsman untuk membaiatnya sebagai khalifah pengganti Umar. Saat itu juga semua kaum muslimin yang hadir serempak membaiat Utsman sebagai khalifah kaum muslimin. Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai salat di Masjid Madinah. [] Sumber Sahabat Rasulullah Ustman bin Affan/ Penulis M. Syaikuhudin/ Penerbit Balai Pustaka/ 2012
Umarmengusulkan agar dibuat proyek pengumpulan. Dalam buku-buku tafsir dan hadits percakapan yang terjadi antara Abu Bakar Umar dan Zaid bin Tsabit mengenai pengumpulan Alquran di terangkan sebagai berikut: Umar berkata kepada Abu Bakar, "Dalam peperangan Yamamah para sahabat yang hafal Alquran telah banyak yang gugur.
Oleh Harun HuseinPemilihan Umar bin Khattab Model Kedua Pergantian khalifah lewat surat wasiat yang dibacakan ke hadapan kaum Muslimin, kemudian kaum Muslim memberikan bai’at. Berikut kronologinya* Menjelang wafatnya, Abu Bakar mewasiatkan jabatan khalifah kepada Umar. Yang menuliskan wasiat itu adalah Utsman Bin Affan. Setelah itu wasiat tersebut dibacakan ke hadapan kaum Muslimin dan mereka mengakuinya serta tunduk dan mematuhi wasiat tersebut.* Umar adalah yang pertama bergelar amirul mukminin. Konon yang pertama memanggilnya demikian adalah Al-Mughirah bin Syu’bah.* Imam Bukhari menulis bahwa saat Umar terbaring menjelang wafat, usai ditikam oleh Abu Lu’luah, ada yang menyatakan kepada Umar, “Tidakkah engkau menunjuk penggantimu wahai amirul mukminin.” Umar menjawab, “Jika aku memilih penggantiku sebagai khalifah maka sesungguhnya hal itu telah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku, yaitu Abu Bakar. Dan jika aku tidak menunjuk pengganti, maka hal itu telah dilakukan juga oleh orang yang lebih baik dariku, yaitu Rasulullah.”* Umar menyatakan, “Aku tidak mendapati ada orang yang lebih berhak memegang urusan ini menjadi khalifah selain dari enam orang yang Rasulullah rela atas mereka ketika wafatnya.” Keenam orang itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka inilah yang menjadi anggota majelis syura untuk memilih khalifah.* Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa al-Nihayah menyatakan dengan cara Umar menggabungkan apa yang dilakukan Rasulullah yaitu tidak menjatuhkan pilihan dan cara Abu Bakar yang mewasiatkan penggantinya, dan menyerahkan perkara pengangkatan khalifah kepada sebuah majelis syura.* Umar tidak menunjuk Sa’id bin Zaid sebagai anggota majelis syura, sebab dia berasal dari kabilah umar dan dikhawatirkan dia kelak terpilih disebabkan kekerabatannya, namun menyatakan dia menjadi saksi atas proses yang dilakukan panitia enam tersebut. Sa’id bin Zaid adalah satu dari sepuluh orang yang dijamin Rasulullah masuk surga sembilan lainnya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Abdullah, dan Abu Ubaidillah bin Jarrah.* Sebuah riwayat menyebutkan Umar juga mengecualikan anaknya, Abdullah bin Umar, dari hak terpilih sebagai khalifah, karena khawatir jabatan khalifah menjadi jabatan turun-temurun.
Umar bin Khattab merupakan Khulafaur Rasyidin kedua, yang memimpin setelah Abu Bakar. Pada masa kepemimpinannya, umat Islam muncul sebagai kekuatan baru di wilayah Timur Tengah. Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yakni antara 634 hingga tahun 644. Ia resmi menjadi Khulafaur Rasyidin kedua menggantikan Khalifah
UMAR bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ia adalah khalifah kedua pengganti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar telah banyak menyumbangkan jasa-jasanya untuk umat Islam, di antaranya berbagai penaklukan negeri-negeri yang kemudian berhasil dikuasai oleh kaum muslimin. Di antara strategi yang dilakukannya sebelum berperang adalah memilih pemimpin pasukan, berikut caranya 1 Berdasarkan ketakwaan, wara’ dan mengerti hukum Islam Saat Umar memilih Sa’id bin Amir untuk menjadi Gubernur Syam, namun Sa’id sendiri menolak keputusan tersebut. Mendengar penolakannya Umar marah dengan kebijaksanaannya lalu berkata, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya, janganlah kalian membebani leherku, sementara kalian hanya duduk-duduk di rumah kalian.” BACA JUGA Ka’ab al-Ahbar Sebut Umar akan Meninggal Tiga Hari Lagi 2 Berdasarkan sikap sabar dan yakin Ketika Umar memilih Abu Ubaid ats-Tsaqafi menjadi gubernur di salah satu wilayah yang dikuasai kaum muslim, Umar berpesan padanya, “Aku tidak melarang kalian menyerang, tetapi ketergesaan dalam penyerangan dapat merugikan, kecuali ada sebab yang mengharuskannya. 3 Berdasarkan sikap berani, tegas, dan terampil menggunakan senjata Ketika Umar memilih pemimpin pasukan pada perang Nahawund, orang-orang berpesan kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, engkau adalah orang yang paling mengetahui tentang orang Irak. Para pasukan telah mengirim utusannya kepadamu untuk dipilih sebagai pemimpin pasukan.” Umar kemudian berkata, “Demi Allah, besok aku akan memberikan kekuasaan kepada orang yang paling tepat bidikan panahnya.” “Siapa dia wahai Amirul Mukminin?” tanya pasukan. “Nu’man bin Miqran al-Muzani.” jawab Umar. Para sahabat kemudian menyetujuinya dengan berkata, “Benar, dialah orang yang tepat.” BACA JUGA Di Masa Jahiliyah, Umar Sering Bergulat di Pasar Ukaz 4 Berdasarkan sikap semangat yang tinggi Umar dalam salah satu khutbahnya mengatakan, “Janganlah kalian memberi mandat kepada seseorang atas pekerjaannya, sementara dia tidak menyukai pekerjaannya itu dan tidak qana’ah. ini adalah keharusan karena pekerjaan ini memerlukan ketekunan.” Demikianlah di antara cara Umar bin Khaththab dalam menyusun strateginya memilih pemimpin pasukan, kebijakannya dalam memilih tidak semata-mata mengandalkan sebatas kekuatan untuk dapat berhasil menaklukan banyak peperangan. [] Sumber DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Umar bin Khaththab. Jakarta Timur Maghfirah Pustaka.
KhalifahUmar bin Khattab wafat pada tanggal 1 Muharram 24 H. Ia terluka akibat tusukan benda tajam di perutnya oleh budak Persia yang bernama Abu Lu'lu' saat ia menegakkan salat sebelum fajar pada 26 Dzulhijjah 23 H. Makamnya berdampingan dengan gurunya yakni Rasulullah SAW dan sahabatnya yakni Abu Bakar As-Shidiq di rumah Aisyah yang saat
Kehidupan Khalifah Umar bin Khattab tidak lepas dari memperhatikan kesejahteraan, keamanan, dan keadilan warganya. Suatu ketika Umar mendapat laporan bahwa putra Gubernur Mesir telah menempeleng seorang warga negara tanpa sebab berarti dibanding perlakuan yang telah didapatnya itu. Seketika, Umar segera memanggil sang Gubernur yang tak lain adalah Amr bin Ash untuk menghadapkan putranya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai sewenang-wenang itu. Di hadapan Gubernur Mesir dan putranya itu, Khalifah Umar memperlihatkan ketegasannya dengan kata-kata yang hingga kini termasyhur menjadi sebuah doktrin. Umar berkata Ilaa mataa ista’badtum an naasa wa qod waladathum ummahatuhum ahroron? Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka? Konon, menurut riwayat yang diceritakan oleh KH Saifuddin Zuhri dalam buku karyanya Berangkat dari Pesantren 2013 itu, doktrin Sayyidina Umar tersebut yang menguatkan jalan perjuangan para kiai dan ulama di Indonesia dalam mengusir penjajah dari tanah air. Dalam sejarahnya, keprihatinan dan peran sentral para kiai dari kalangan pesantren dalam menghidupkan kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka dari kungkungan penjajah begitu tinggi. Bahkan atas langkahnya itu, pesantren selalu mendapat sorotan dari pihak kolonial karena dianggap mampu memobilisasi kekuatan rakyat untuk melakukan perlawanan. Bagi bangsa Indonesia, perlawanan wajib dilakukan kepada penjajah atas perlakuannya yang tidak berperikemanusiaan. Ketegasan Khalifah Umar kepada Amr bin Ash bukan kali itu saja. Amr bin Ash berencana akan membangun sebuah masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggil lah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat. Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut. KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan 1989 menjelaskan, si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai air mata, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istananya khalifahnya? Kalau gubernrunya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?” Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon Kurma, dia hampiri dan bertanya, bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tau, Di mana Istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu. Pakaian kebesarannya malu dan taqwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya di mana pak? Ya di hadapan tuan sekarang. Gemetar Yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa di depannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir. Sayiddina Umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah di dekat situ. Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya Yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si Yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut. Sesampai di Mesir, Yahudi ini pun langsung menyampaikan pesan Sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemetar dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk Yahudi tadi. Amr bin Ash berkata pada Yahudi itu, ini nasehat pahit buat saya dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini. Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis di atas tulang ini. Lurus, adil, jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok maka nanti aku yang akan luruskan dengan pedang ku. Singkat cerita, setelah melihat keadilan yang dicontohkan Sayyidina Umar tersebut, akhirnya Yahudi itu menghibahkan gubuknya tadi buat kepentingan pembangunan masjid, dan dia pun masuk Islam oleh karena keadilan dari Umar bin Khattab. Penulis Fathoni Ahmad Editor Muchlishon
CaraUmar bin Khattab Mengaudit Harta Pejabat (1) Cara Umar bin Khattab Mengaudit Harta Pejabat (3-Habis) Kepada: Amr bin Ash. Assalamualaikum. Amma ba'du. Melalui surat ini saya kabarkan, bahwa saya mendapatkan laporan, Anda telah terserang wabah penyakit yang membahayakan, yaitu penyakit duniawi; memiliki kuda, unta, kambing, sapi, dan budak.
Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah – Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah terbaik yang pernah melayani umat Islam. Ia telah lama menjadi seorang yang dihormati di kalangan umat Islam dan dipilih sebagai khalifah ketika masih hidup Rasulullah SAW. Namun, bagaimana ia dipilih menjadi khalifah? Sejarah mencatat bahwa setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Mereka mengadakan pemilihan dan mengumpulkan banyak informasi dan fakta yang akan membantu mereka membuat keputusan. Pertama, mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah. Mereka berbicara tentang siapa yang paling layak untuk menggantikan Rasulullah SAW. Setelah itu, mereka mengumpulkan pendapat dari sahabat-sahabat di luar Madinah. Mereka mengirim surat kepada para sahabat di kota Makkah, Basra dan Kufah. Mereka meminta pendapat mereka tentang siapa yang layak menjadi khalifah. Dengan semua informasi yang mereka dapatkan, mereka memutuskan untuk mengadakan sebuah pertemuan untuk menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Pada saat pertemuan tersebut, Umar bin Khattab dan Abu Bakar dipilih sebagai khalifah. Bagaimanapun, Abu Bakar menolak pilihan tersebut dan mengusulkan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Ia memiliki kepemimpinan yang luar biasa, kebijaksanaan yang luar biasa, dan keterampilan administrasi yang hebat. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara bulat. Selama masa pemerintahannya, ia memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia. Ia telah menjadi pemimpin yang luar biasa dan khalifah yang luar biasa yang telah membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Penjelasan Lengkap Bagaimana Proses Pemilihan Umar Bin Khattab Sebagai Khalifah1. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. 2. Mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah melalui Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara Selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. 7. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. 1. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, sahabat-sahabat yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Setelah wafatnya Rasulullah Saw, sahabat-sahabat Rasulullah yang berada di Madinah berkumpul untuk menentukan siapa yang akan menggantikan beliau sebagai khalifah. Mereka berdiskusi tentang siapa yang paling tepat untuk menjadi pemimpin umat Islam. Namun, tidak ada kesepakatan tentang siapa yang harus dipilih, karena sahabat-sahabat itu semua memiliki pendapat yang berbeda. Pada akhirnya, sahabat-sahabat yang hadir bersepakat untuk memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan dia dianggap sebagai pemimpin yang sangat berbakti dan tangguh. Dia memimpin umat Islam dengan damai dan adil. Setelah Abu Bakar meninggal dunia, sahabat-sahabat Rasulullah berkumpul lagi untuk memilih khalifah baru. Saat itu, Umar bin Khattab adalah salah satu kandidat yang paling populer. Dia adalah salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Umar juga dikenal sebagai orang yang jujur, tegas, dan berwawasan luas. Dia juga sangat bijaksana dalam menangani masalah yang dihadapi oleh umat Islam. Karena itu, sahabat-sahabat Rasulullah akhirnya memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua. Pada saat itu, Umar dianggap sebagai pemimpin yang dapat diandalkan dan dihormati. Dia menjalankan tugasnya dengan baik dan memimpin umat Islam dengan adil. Dia juga memperkuat ekonomi, memperluas wilayah kerajaan, meningkatkan pendidikan, menciptakan sistem hukum yang adil, dan membawa perubahan yang besar di seluruh wilayah Islam. Khalifah Umar bin Khattab menjadi salah satu khalifah yang paling dihormati dan diingat dalam sejarah umat Islam. Dia memimpin umat Islam dengan baik dan meninggalkan banyak legasi yang bermanfaat bagi umat Islam. Dia juga dikenal sebagai salah satu khalifah yang paling berhasil dan dihormati di masa lalu. 2. Mereka meminta pendapat dari sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah melalui surat. Proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah merupakan salah satu proses pemilihan yang paling penting dalam sejarah Islam. Proses tersebut menunjukkan betapa pentingnya pengambilan keputusan kolektif dalam sejarah Islam. Pada saat itu, sahabat-sahabat yang berada di Madinah dan sahabat-sahabat di luar Madinah dipanggil untuk menyatakan pendapat mereka tentang siapa yang sebaiknya menggantikan Rasulullah sebagai Khalifah. Pendapat mereka disampaikan melalui surat. Surat-surat ini berisi pertanyaan tentang siapa yang harus dipilih. Mereka juga diminta untuk menyampaikan alasan mereka mengapa orang yang dipilih layak menjadi Khalifah. Selain itu, surat-surat ini juga menanyakan apakah ada orang lain yang layak untuk menggantikan Rasulullah sebagai Khalifah. Setelah menerima surat-surat tersebut, sahabat-sahabat mengirimkan jawaban mereka masing-masing. Mereka menyatakan pendapat mereka mengenai siapa yang layak menjadi Khalifah. Pendapat yang paling banyak menerima dukungan adalah Umar bin Khattab. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah karena banyak sahabat yang menyatakan bahwa dia adalah orang yang paling tepat untuk menggantikan Rasulullah. Mereka menyatakan bahwa dia memiliki kepribadian yang sama seperti Rasulullah. Dia dianggap sebagai orang yang cakap, tegas, adil, dan kuat. Ketika Umar bin Khattab terpilih sebagai Khalifah, dia menerima banyak dukungan dari sahabat-sahabat. Dia menyatakan bahwa ia akan menjalankan tugasnya dengan benar, seperti yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, dan ia menjanjikan untuk menjaga kehormatan dan kemakmuran orang-orang. Dalam proses pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah, sahabat-sahabat di Madinah dan luar Madinah telah berperan penting. Dengan menyampaikan pendapat mereka melalui surat-surat yang dikirimkan, sahabat-sahabat telah menunjukkan betapa pentingnya pengambilan keputusan kolektif dalam sejarah Islam. Proses ini menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendengaran dan diperhatikan dalam mendiskusikan masalah yang penting. 3. Umar bin Khattab dipilih karena ia memiliki kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Umar bin Khattab adalah orang yang dipilih oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad untuk menjadi khalifah. Sebelum memilih Umar, sahabat-sahabat Nabi Muhammad telah menilai berbagai kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi khalifah. Umar memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif dan cepat, serta ia juga memiliki pengalaman yang luas dalam hal politik. Umar memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk menjadi khalifah dari segi kepemimpinannya. Ia memiliki kesadaran yang tinggi tentang komitmennya untuk melayani orang-orang di sekitarnya. Ia juga memiliki keterampilan yang luar biasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ia selalu berusaha untuk mendengarkan pendapat orang lain, mempertimbangkan segala sesuatu secara obyektif, dan mengambil keputusan yang bijaksana. Selain kemampuan berpikir, Umar juga memiliki keterampilan bernegosiasi yang sangat baik. Ia adalah seorang yang tegas dan berani. Ketika ia berhadapan dengan masalah-masalah politik, ia selalu melakukan perundingan dengan bijaksana. Ia juga mampu menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda. Umar juga memiliki kemampuan untuk memimpin orang-orang dengan cara yang tepat dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan politik. Ia mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan melakukan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Umar juga memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memimpin umat Islam. Sejak awal, ia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap agama dan berupaya untuk menjalankan ajaran-ajaran agama dengan cara yang benar. Ia juga memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat yang beradab. Dari semua kualifikasi dan keterampilan yang dimiliki oleh Umar bin Khattab, ia dipilih oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad untuk menjadi khalifah. Ia memiliki banyak hal yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, termasuk kemampuan untuk berpikir secara objektif, keterampilan bernegosiasi yang baik, dan komitmen yang kuat terhadap ajaran agama. Dengan semua kualifikasi dan keterampilan ini, Umar dipilih untuk menjadi khalifah yang berhasil dan dapat menjaga kemajuan Islam. 4. Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat-sahabat dengan suara bulat. Umar bin Khattab adalah salah satu tokoh besar Islam dan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, beliau dianggap sebagai orang yang terbaik untuk menjadi khalifah. Tidak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat memutuskan untuk mencari orang yang akan menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai khalifah. Mereka memutuskan untuk memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah. Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi yang paling berpengaruh dan berpengalaman. Dia juga dikenal karena kepribadiannya yang tegas dan kuat. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah dimulai dengan sesi diskusi antara para sahabat. Mereka berbicara tentang hal-hal seperti kualifikasi dan kemampuan Umar bin Khattab sebagai khalifah. Setelah itu, mereka mengadakan pemungutan suara untuk menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Mereka memutuskan bahwa Umar bin Khattab akan menjadi khalifah dengan suara bulat. Umar bin Khattab sangat dianugerahi dengan kemampuan untuk memerintah dan mengatur yang luar biasa. Dia juga memiliki banyak pengalaman dan keterampilan dalam mengatur negara. Kekuatan dan ketegasan Umar bin Khattab juga membantunya dalam meningkatkan ketertiban dan keamanan di seluruh wilayah. Umar bin Khattab menjadi khalifah yang sangat dihormati dan dihargai oleh para sahabat. Dia menjadi khalifah yang dianggap sebagai ikon dan teladan bagi umat Islam. Dia menjadi khalifah yang paling berpengaruh dan berpengalaman dalam sejarah Islam. Dia juga menjadi salah satu khalifah yang paling berhasil dalam mengatur dan mengurus negara. Kepemimpinan Umar bin Khattab terkenal karena pemikirannya yang modern dan kreatif dalam menata wilayah dan meningkatkan ketertiban dan keamanan di seluruh wilayah. Dia juga dikenal karena kebijakannya yang tegas dan menguntungkan umat Islam. Dengan semua kualifikasi dan pengalaman yang dimilikinya, Umar bin Khattab dipilih sebagai khalifah oleh para sahabat dengan suara bulat. Dia menjadi khalifah yang dicintai dan dihormati oleh umat Islam. Dia menjadi contoh khalifah yang terbaik dan banyak pengaruhnya dalam sejarah Islam. 5. Selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakr, Umar bin Khattab telah dipilih sebagai Khalifah yang menggantikan Abu Bakr. Proses pemilihan Umar sebagai Khalifah terbagi menjadi beberapa tahapan. Pertama-tama, para sahabat Nabi Muhammad SAW telah berkumpul di Masjid Nabawi di Madinah untuk memilih khalifah selanjutnya. Mereka tidak sepakat tentang siapa yang akan menjadi Khalifah. Saat itu, Umar bin Khattab berdiri di samping Abu Bakr dan memberikan dukungan penuh kepadanya. Abu Bakr meminta salah satu sahabat untuk mengumumkan kandidatnya, yaitu Umar bin Khattab. Para sahabat yang hadir sepakat untuk secara aklamasi mengumumkan Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Kedua, setelah Umar bin Khattab dipilih sebagai Khalifah, ia mengadakan pertemuan dengan para sahabat lainnya. Pada pertemuan ini, Umar meminta setiap sahabat untuk menandatangani sebuah dokumen yang mengikat mereka untuk mematuhi dan mendukung pemerintahannya. Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyampaikan pidatonya dan menyatakan bahwa ia akan memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ketiga, Umar bin Khattab pun menerapkan beberapa peraturan dan aturan yang diperlukan untuk membuat pemerintahannya berjalan lancar. Ia mengadakan berbagai pertemuan dan diskusi dengan para sahabatnya untuk memastikan bahwa semua peraturan dan aturan yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Keempat, Umar bin Khattab juga membuat berbagai peraturan yang bertujuan untuk menjamin kesejahteraan dan kemakmuran umat Islam. Ia membuat peraturan tentang penggunaan harta benda, pembagian harta rampasan perang, pengangkatan pejabat pemerintah, dan lain-lain. Kelima, selama masa pemerintahannya, Umar bin Khattab memimpin umat Islam dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa. Ia menegakkan nilai-nilai Islam ke seluruh umat dan menghormati semua perbedaan. Ia juga membuat berbagai kebijakan tentang pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik yang bertujuan untuk memajukan dan menjaga kesejahteraan umat Islam. Ia juga menghadapi setiap tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dengan tegas dan teguh. Dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang luar biasa, Umar bin Khattab berhasil memimpin umat Islam dengan baik dan membuat mereka menjadi salah satu umat terkuat di dunia. Ia membawa berbagai perubahan positif dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Oleh karena itu, ia telah dikenal sebagai salah satu khalifah terbesar dalam sejarah Islam. 6. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai Khalifah adalah salah satu keputusan yang paling penting dalam sejarah Islam. Pemilihan ini menandakan bahwa Islam telah berhasil melewati masa transisi dari sebuah gerakan keagamaan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW ke sebuah negara berdaulat yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Umar bin Khattab telah memainkan peran penting dalam menyatukan komunitas Muslim dan menghadapi musuh-musuh dari luar. Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, sahabat-sahabatnya memilih Abu Bakar sebagai Khalifah pertama. Pada masa pemerintahannya, Abu Bakar menyatukan komunitas Muslim dan memerangi musuh-musuh dari luar. Pada tahun 634 M, Abu Bakar wafat, dan Umar bin Khattab dipilih untuk menggantikannya. Umar bin Khattab mempunyai kepemimpinan yang luar biasa dan komitmen yang kuat untuk memajukan dan memperluas Islam. Ia memimpin pasukan Muslim untuk melewati batas-batas teritorial Islam dan menguasai daerah-daerah baru. Ia juga melakukan pelbagai tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Islam. Ia membuat banyak perubahan dan perbaikan dalam masyarakat Islam, seperti menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik, meningkatkan pendidikan, dan meningkatkan derajat kemakmuran umat Islam. Ia juga memperkenalkan zakat, sebuah sistem di mana orang-orang yang lebih kaya dinasihatkan untuk membantu orang-orang yang lebih miskin. Selain itu, Umar memperkenalkan undang-undang baru untuk menjamin persamaan hak bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang etnik atau agama. Dia juga mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa masyarakat Islam hidup dalam keamanan dan kesejahteraan. Umar juga mengambil langkah-langkah untuk memajukan pendidikan dan memperkenalkan teknik-teknik pengajaran baru. Dia memperkenalkan sistem pendidikan yang lebih berorientasi pada praktik dan memastikan bahwa semua anak-anak memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kepemimpinan Umar bin Khattab telah mengubah dunia dan telah membuat masyarakat Islam lebih makmur dan berkembang. Ia telah mendorong dan memajukan perkembangan Islam di seluruh dunia dan telah meninggalkan jejak yang dapat kita ikuti sampai saat ini. 7. Ia juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Umar Ibnu Khattab merupakan salah satu Khalifah terbesar dalam sejarah Islam. Ia menjadi Khalifah pada tahun 634 Masehi dan kemudian menjadi pemimpin umat Islam hingga tahunnya wafat pada tahun 644 Masehi. Ia dikenal sebagai Khalifah yang sangat bijaksana, berani dan adil. Proses pemilihan Umar Ibnu Khattab sebagai Khalifah dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Pada saat itu, umat Muslim tidak memiliki pemimpin, karena Nabi Muhammad saw. adalah orang yang paling berpengaruh di antara mereka. Melihat situasi yang tak terkendali, para sahabat Nabi Muhammad saw. memutuskan untuk memilih seorang pemimpin. Mereka memutuskan untuk memilih salah satu dari sepuluh orang yang dikenal sebagai The Ten, yaitu sepuluh orang yang dianggap paling dekat dengan Nabi Muhammad saw. Salah satu dari The Ten adalah Umar Ibnu Khattab. Ketika Umar Ibnu Khattab dipilih sebagai Khalifah, ia mengambil tindakan yang bijaksana untuk menjaga stabilitas di antara umat Muslim. Ia membuat kebijakan yang adil dan tertata dengan baik, yang membuat umat Muslim merasa aman dan nyaman. Ia juga mengatur sistem pajak yang lebih adil bagi semua orang dan membuat sistem keuangan yang lebih baik. Selain itu, Umar Ibnu Khattab juga menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia. Ia mengirim pasukan perang dan duta untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah. Ia juga membangun masjid dan tempat ibadah di berbagai negara untuk memperluas pengaruh Islam. Selain itu, ia juga melakukan perjanjian dengan berbagai negara untuk memastikan keamanan dan stabilitas bagi umat Muslim. Ketika Umar Ibnu Khattab menjadi Khalifah, ia membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi. Ia memperluas wilayah kerajaan Islam dan membangun kota-kota seperti Kufa, Basrah, dan Fustat. Ia juga membangun sejumlah jalan raya yang memudahkan umat Muslim untuk berpergian dengan aman dan nyaman. Ia mengizinkan orang-orang untuk menyebarkan agama mereka dan membiarkan orang-orang yang berbeda berinteraksi satu sama lain. Hal ini membuat umat Muslim lebih toleran terhadap agama dan budaya lain. Umar Ibnu Khattab memang merupakan salah satu Khalifah terbaik dalam sejarah Islam. Ia membawa umat Islam pada tingkat yang lebih tinggi dengan menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di dunia dan menciptakan sistem yang adil dan tertata. Ia telah meninggalkan jejak yang tak terhapus dalam sejarah Islam dan masih menjadi inspirasi bagi para pemimpin saat ini.
Haru Ketika Umar bin Khatab Tak Kuasa Meneteskan Air Mata Melihat Kesederhanaan Rasulullah. Putrinya menjawab, 'Dia memerintahkan petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.'. Ibunya berkata, 'Putriku, lakukan saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar.'.
Berbicara tentag wasyiat Khalifah Umar menjelang wafat nya, Syeikh Abu Utsman Al Jahidz juga mengungkapkan keterangan Mu'ammar bin Sulaiman At Taimiy, yang diperol~h dari Ibnu Abbas. Yang tersebut belakangan ini diketahui pernah mendengar apa yang pernah dikatakan Umar Ibnul Khattab kepada para Ahlu Syuro menjelang wafatnya "Jika kalian saling membantu, saling percaya dan saling menasehati, maka kupercayakan kepemimpinan ummat kepada kalian, bahkan sampai kepada anak cucu kalian. Tetapi kalau kalian saling dengki, saling membenci , saling menyalahkan dan saling bertentangan, kepemimpinan itu akhirnya akan jauth ke tangan Muawiyah bin Abu Sufyan!". Perlu diketahui, bahwa ketika Khalifah Umar masih hidup, Muawiyah bin Abu Sufyan sudah beberapa tahun lamanya menjabat sebagai kepala daerah Syam. Ia diangkat sebagai kepala daerah oleh Umar Ibnul Khattab Sejarah kemudian mencatat, bahwa yang diperkirakan oleh Khalifah Umax menjelang akhir hayatnya menjadi kenyataan. Klimaks dari penyampaian wasyiat oleh Khalifah Umar ialah memerintahkan supaya Abu Thalhah A1 Anshariy datang menghadap. Waktu orang yang dipanggil itu sudah berada didekat pembaringannya, berkatalah Khalifah Umar dengan tegas dan jelas, seolah-olah sedang melepaskan sisa tenaganya yang terakhir "Abu Thalhah, camkan baik-baik! Kalau kalian sudah selesai memakamkan aku, panggillah 50 orang Anshar. Jangan lupa, supaya masing-masing membawa pedang. Lalu desaklah mereka 6 orang Ahlu Syuro supaya segera menyelesaikan urusan mereka untuk memilih siapa di antara mereka itu yang akan ditetapkan sebagai Khalifah. Kumpulkan mereka itu dalam sebuah rumah. Engkau bersama-sama teman-i;emanmu berjaga jaga di pintu. Biarkan mereka bermusyawarah untuk memilih salah seorang di antara mereka. "Jika yang Iima setuju dan ada satu yang menentang, penggallah leher orang yang menentang itu! J'ika empat orang setuju dan ada dua yang menentang, penggallah leher dua orang itu! Jika tiga orang setuju dan tiga orang lainnya menentang, tunggu dan lihat dulu kepada tiga orang yang diantaranya termasuk Abdurrahman bin 'Auf. Kalian harus mendukung kesepakatan tiga orang ini. Kalau yang tiga orang lainnya masih bersikeras menentang,penggal saja leher tiga orang yang bersikeras itu!. "Jika sampai tiga hari, enam orang itu belum juga mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan urusan mereka, penggal saja leher enam orang itu semuanya. Biarlah kaum muslimin sendiri memilih siapa yang mereka sukai untuk dijadikan pemimpin mereka !". Dari sekelumit informasi sejarah tersebut di atas, kita mengetahui, betapa tingginya rasa tanggung-jawab dan jiwa kerakyatan Khalifah Umar Ibnul Khattab Secara tertib dan terperinci, sampai detik-detik menjelang ajalnya, ia masih memikirkan cara-cara pengangkatan seorang Khalifah yang akan mengantikannya. Sambil menahan rasa sakit akibat luka-luka tikaman sejata tajam, ia masih sempat berusaha menyinambungkan kepemimpinan ummat Islam sebaik-baiknya. Sumber Buku Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib Oleh Al Hamid Al Husaini
f7Ol. 2tp6iyk0e1.pages.dev/4392tp6iyk0e1.pages.dev/582tp6iyk0e1.pages.dev/3982tp6iyk0e1.pages.dev/3472tp6iyk0e1.pages.dev/1392tp6iyk0e1.pages.dev/5842tp6iyk0e1.pages.dev/3412tp6iyk0e1.pages.dev/347
cara pemilihan umar bin khattab